Kamis, 14 April 2011

Senyum

Akhir-akhir ini, semakin sering saya mendengar sebuah perkataan ‘saat ini, segala sesuatu mahal, bahkan senyum sekali pun’. Sebuah perkataan yang penuh kritik.
Tetapi,para ahli berpendapat bahwa senyum adalah ungkapan sikap optimis, “Senyuman yang sebenarnya adalah lengkungan bibir yang penuh.”




Senyuman adalah bentuk terindah bahasa tubuh yang dapat dinikmati orang lain dari sebuah pribadi hati yang merona bahagia. Senyuman, juga adalah ekspresi jiwa yang terbebas dari keburukan. Walau ada istilah senyum kecut, senyum penuh misteri -senyum Monalisa, senyum menggoda, senyum mengejek; itu semua sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai sebuah senyuman, melainkan hanya lengkungan bibir yang tidak penuh.
Karena senyuman yang sebenarnya adalah lengkungan bibir yang penuh. Dan hanya karena ketulusanlah, sebuah lengkungan bibir dapat mencapai bentuk sempurnanya. “Uang ditukarkan dengan barang atau jasa, senyuman ditukarkan dengan rasa jiwa.”



Jika kita membutuhkan barang atau jasa dari seseorang, kita harus menukarkannya dengan uang – karena metoda barter sudah lama tidak populer. Tetapi jika kita, Anda dan saya, ingin membeli perasaan seseorang, hanya bisa menawarnya pertama kali dengan down payment sebuah senyuman.



Senyuman juga memiliki kelebihan terbaiknya dalam hal tukar menukar, karena dia satu-satunya alat tukar di dunia yang dapat diterima semua bangsa. Sebuah alat tukar yang tidak pernah mengalami inflasi, depresiasi apatah lagi politisasi. Karena senyuman adalah bentuk terbaik dan paling sederhana dari hegemoni universalitas. “Senyuman adalah sebuah lengkungan yang meluruskan segala sesuatunya,” kata Phyllis Diller.



Banyak sekali kesulitan, masalah, kekeliruan, kegundahan, kekacauan atau keburukan yang dapat diwakilkan pada bentuk-bentuk garis yang melengkung.
Kita seringkali melukiskan kompleksitas permasalahan yang tinggi dengan garis yang melengkung tak beraturan menyerupai benang kusut. Dan seperti
yang sering kita alami atau temukan bersama, sebuah senyuman benar-benar dapat menjadi pemungkin lurusnya garis-garis itu.
Dia adalah lengkungan yang ajaib. Bukankah telah sampai pada kita, kisah-kisah pelayanan yang tulus menjadi penyebab selasainya keluhan-keluhan pelayanan publik, bahkan tidak jarang yang selesai sebelum sampai pada titik permasalahan yang sebenarnya.



Tetapi juga mohon diingat, seringkali lengkungan tidak penuh (cemberut, muka masam, tidak ramah, tidak tulus, jutek) yang mengundang permasalahan muncul, membesar bahkan menambah akut.
Jika kamu tidak menggunakan senyumanmu, kamu seperti orang yang memiliki tabungan satu juta dollar, tetapi tidak mempunyai buku cek untuk mengambilnya,” (Les Giblin).



Maka, tersenyumlah. Karena senyum adalah bentuk termudah berbagi dengan sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar